Waspada Melakukan Suntik Filler Berlebihan

Senin, 15 Juli 2019 - 10:46 WIB
Waspada Melakukan Suntik...
Waspada Melakukan Suntik Filler Berlebihan
A A A
SUNTIK filler merupakan salah satu jenis perawatan estetika yang sedang digandrungi masyarakat Indonesia, terutama pada wanita.

Dokter aesthetic and anti-aging sekaligus pendiri Jakarta Aesthetic Clinic (JAC), dr Olivia Ong, mengatakan bahwa hasil penyuntikan filler yang instan memang memberikan hasil yang luar biasa bagi kehidupan seseorang.

“Hal itu dapat menimbulkan efek ketagihan yang akan membawa mereka ingin memenuhi standar kecantikan tertentu, terlepas dari keunikannya masingmasing. Bahkan, dapat berakibat kebablasan dalam mencari kesempurnaan sampai wajahnya mulai terlihat kepenuhan atau aneh yang dikenal dengan sebutan facial overfilled syndrome (FOS),” ucap dr Olivia di Jakarta, Jumat (13/7).

Dia menjelaskan bahwa filler memang mampu meremajakan tampilan wajah dengan seketika, seperti menghilangkan cekungan bawah mata dan memudarkan garis senyum. Filler juga dapat memperindah bagian wajah lainnya, seperti pipi, bibir, hidung, dagu, rahang, yang memang kurang definisinya pada wajah Asia.

“Tak ayal tren filler di Amerika kini menempati posisi kedua perawatan terfavorit sesudah botulinum toksin atau botox, mulai menyebar dengan cepat ke Asia, termasuk Indonesia,” ungkap dr Olivia.

Menurutnya, bentuk khas tulang tengkorak Asia yang lebih pendek, lebar, dan rata dibanding orang Kaukasia membuat dosis penyuntikan filler di wajah Asia berbeda dengan Kaukasia.

“Bukan hanya dosis yang nyata berbeda bagi permasalahan yang berbeda, penempatan filler yang terkonsentrasi di tengah wajah orang Asia, seperti bawah mata, pipi, dan garis senyum, akan saling memengaruhi satu sama lain. Saat pasien mengeluarkan ekspresi senyum atau tertawa, terlihatlah tampilan pipi chipmunk, istilah bagi pasien FOS dengan pipi yang mencuat maju, ke samping, dan ke atas sampai mendesak tampilan mata menjadi lebih kecil yang disebut sunset eyes ,” paparnya.

Dr Olivia menuturkan, banyak pasien yang tidak menyadari perubahan ini pada wajah mereka karena FOS biasanya berlangsung perlahan sampai tahunan. Fenomena FOS terjadi karena pasien umumnya memiliki pandangan dua dimensi mengenai wajahnya.

Seperti yang dilihatnya dalam cermin atau foto, padahal kenyataannya wajah adalah struktur empat dimensi dengan banyak lapisan. “Di sinilah peran dokter estetika yang sebenarnya, memberi informasi yang tepat dan akurat sesuai kebutuhan pasien, karena sejatinya masyarakat mendambakan edukasi yang benar tentang perawatan estetika yang melibatkan filler,” tuturnya.

Dia menambahkan, sebenarnya FOS tidak hanya terjadi di pipi atau bawah mata. Pada wajah Asia, FOS juga kerap terjadi di hidung (avatar nose), dagu (witch chin/pharaohwitch chin/pharaohs chin), dahi (flowerhorn forehead), sampai bibir (duck lips/sausage lips).

“Pasien FOS dapat diselamatkan atau kondisinya dapat dikembalikan ke arah normal asalfiller yang disuntikkan lagi perlahanlahan sebelumnya berbahan dasar asam hialuronat. FOS dengan derajat tertentu butuh dipulihkan dengan jalan operasi. Beruntung bagi mereka bila tidak perlu sampai menjalani operasi. Selesai perawatan pembetulan wajah, pasien bisa langsung kembali beraktivitas,” kata dr Olivia. (Iman Firmansyah)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0700 seconds (0.1#10.140)